Tentang Rasa

Batam, 31 Januari 2020

Tentang Rasa

Soal rasa memang sulit untuk di ungkapkan secara bahasa bahkan untuk menyusun sebuah kalimat sederhana saja perlu pemilihan kata yang tepat dengan proses yang panjang. Baca dan lihat kembali secara berulang-ulang agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda dan pesan yang ingin disampaikan bisa di terima dengan lapang dada. Banyak yang memilih untuk diam dan memendam, membiarkan rasa itu bergumpal menjadi gumpalan dendam yang sewaktu-waktu menjadi alasan di kala bosan menyerang.

Berbicara tentang rasa selalu ada harapan,  keinginan, dan sejuta rencana bahagia. Namun kita sering melupakan satu hal, tentang rasa kecewa. Banyak manusia yang mampu tersenyum disaat bahagia dan belum mempersiapkan diri menerima kenyataan tentang rasa kecewa.

Bila rasa telah berganti benci,
Bila cinta tak lagi ada dihati, dan 
Bila jarak yang menjadi penghalang semua ini.
Kuharap jangan ada sesal dihati. 


Rasa kecewa seperti garam yang larut di dalam larutan air mineral, tak terlihat namun terasa. Setiap manusia pasti berbeda dalam menyikapi rasa yang satu ini. Ada yang menangis, marah-marah, teriak, atau menguras bak mandi. Beragam dan banyak sekali tingkah laku untuk mengurangi rasa yang dulunya indah kini menjadi bekas luka yang cukup terasa.

Pertanyaannya sampai kapan memendam rasa itu ?

Rasa yang membuat hati membiru

Antara senang atau lelah menunggu
Jawaban dari kakunya kejujuran
Terdiam tanpa kejelasan, dan
Tertinggal  di dalam lamunan.

Terjaga seolah lupa

Kisah tentang rasa itu belum sepenuhnya hilang dari ingatan.

Mata seakan malu memandang

Kaki sepertinya enggan untuk berlari
Menghindar dari rasa yang tak ingin beranjak pergi
Membuat hati berpasrah tentang apa yang akan terjadi.

Melihat seolah buta

Memejamkan mata demi sebuah kedamaian
Menuntut jiwa untuk sebuah kepastian
Keberanian memilih, dan
Keyakinan untuk menentukan 

Akhiri saat ini atau tidak sama sekali

Rasa terlalu suci
Karna hakikatnya rasa tersimpan dihati.



Banyak hal positif yang bisa kita lakukan untuk meluapkan isi hati ketika kecewa. Sedikit puitis rasanya cukup melegakan dan mengikhlaskan adalah jawaban terbaik.

Foto Erga Kurniawan
Biarkan berlalu apa yang telah terjadi karna pilihan hakikatnya gambaran masa depan. Sedangkan daun berguguran tak pernah membenci  angin yang bertiup kencang akan ada waktunya tunas muda menampakkan keindahan lewat daun dan bunga yang bermekaran. 

Semakin larut di dalam kesedihan dengan rasa kecewa yang berkepanjangan membuat tawa mereka semakin kencang, kumbang tidak seekor dan bunga tidak sekuntum, Hilang satu tumbuh berantakan.





Erga Kurniawan S, S.Pd.




  


Komentar

Postingan Populer