Dari Perayun Kundur Kabupaten Karimun dan Dabo Singkep Lingga saya menjelajah untuk membuktikan tidak ada usaha yang sia-sia.

Batam, 23 Agustus 2018

Bertahun juga baru ngeblog lagi dikarnakan kesibukan yang sengaja diciptakan. Biasalah mahasiswa tingkat akhir harus pintar cari kesibukan untuk mengantisipasi jika ada pertanyaan "itu kuliah apa kredit rumah" ? kok 5 tahun belum kelar juga. Rasanya sakit namun tidak berdarah mendengar candaan seperti itu. Alhamdulillah sekarang telah berhasil menyelesaikan studi S.1 FKIP Penjaskesrek dan sudah bekerja disalah satu sekolah swasta di Batam.


Bercerita tentang masa lalu, pertama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT dikarnakan rahmat dan hidayahNya sehingga bisa merasakan nikmatNya sampai saat ini. Kepada kedua orang tua yang telah berjuang membesarkan dan mendidik tanpa lelah, abang ingin mengucapkan terima kasih untuk semua pengorbanannya terima kasih Emak, terima kasih Bapak. Maaf jika masa itu cukup membuat keringat dan air mata kalian bercucuran deras seperti hujan, membuat tidur kalian tak tenang dan makan kalian tak seenak sarapan kami dirantauan.



Dan cerita masa itu saya tulis disini.....


Lahir di keluarga sederhana membuat saya tumbuh menjadi seorang anak yang terbiasa di keadaan serba kekurangan. Itulah saat yang paling membahagiakan dimana uang jajan bukan segalanya. Bisa berangkat kesekolah dan bermain bersama teman adalah suatu perjuangan dan kebanggaan di masa itu. Bangun dan mempersiapkan diri berangkat kesekolah sendiri dimulai sejak duduk dikelas 3 SD. Tidak mudah untuk seorang anak kelas 3 SD menjalani hari demi hari seperti ini dikarnakan keadaan saya memilih untuk bertahan dan melawan. Satu keyakinan saat itu hidup berserah hanya kepada Allah atas apa yang akan terjadi hari ini. Emak dan Bapak bukannya tidak perduli, tetapi mereka juga harus berjuang untuk kehidupanku, keluargaku dan masa depanku. Sesusah apapun keadaan saat itu namun pesan untuk menuntut ilmu tidak pernah berhenti terucap oleh kedua orang tua dari masa itu hingga sekarang. Emak pernah bilang "Jika engkau memiliki ilmu, ilmu yang akan menyelamatkanmu. Jika engkau mencari harta, harta akan meninggalkanmu".

Hidup dalam keadaan serba kekurangan disitulah letak hikmah dan training kehidupan yang sangat berkesan. Dimasa itu saya belajar melawan rasa ingin memiliki sesuatu yang belum mampu untuk dimiliki, merasakan hinaan karna penampilan tidak seperti teman-teman yang lain dan hanya mengenal makanan terfavorit nasi putih vs kecap manis. Saat itu adalah saat terkuat yang saya alami dimana tidak mengenal kata menyerah, putus asa dan harus melawan rasa malu. Selalu mencoba tersenyum meskipun tau tangisan lebih dekat untuk bersahabat.

Setelah berhasil menyelesaikan studi menengah pertama, saya melanjutkan studi menengah atas di SMA Negeri 1 Singkep yang terletak di Dabo Singkep, Kabupaten Lingga, Prov. Kepulauan Riau. Tahun 2008 menjadi tahun pertama saya menjadi siswa SMANSA SINGKEP begitu sapaan masyarakat sekitar terhadap sekolah terfavorit di Dabo Singkep ini. Datang bukan sebagai perantau dikarnakan Dabo bukan tempat asing bagi saya. Kedua orangtua merupakan orang Dabo Singkep yang bekerja dan menetap di Kabupaten Karimun. Sewaktu kecil Dabo Singkep merupakan tujuan mudik dikala lebaran entah kebetulan atau tidak saya merasa Dabo Singkep terasa sangat istimewa dengan segala keindahannya. Disini saya tinggal bersama teteh adek kandungnya emak. 2008-2011 adalah waktu dimana saya merasakan kenyamanan, perhatian dan segala sesuatu terasa terpenuhi. Orang yang paling care dan termasuk paling berpengaruh dihidup saya. Beliau bisa menjadi teman, sahabat bahkan tempat terkuat untuk berlindung dikala ombak ujian menerjang. Satu hal lagi yang membuat saya merasa sebagai putra kecilnya ialah  panggilan khusus yang sudah melekat dari lahir sampai sekarang, Yad, panggilan manja yang selalu saya rindukan.

Dimasa ini juga adalah masa runtuhnya tembok keras pembatas rasa, surutnya semangat pantang menyerah dan berkurangnya takaran kesabaran dikarnakan hidup serba berkecukupan sehingga lupa tujuan awal datang kesana. Syukur alhamdulillah karna doa dan motivasi kedua orang tua dan keluarga akhirnya saya bisa menyelesaikan studi menengah atas ditahun 2011 dengan lancar. Banyak  cerita yang terjadi di Dabo Singkep sehingga 3 tahun berlalu terasa sangat cepat meninggalkan sejuta tanya dan kenangan yang belum sempat untuk dipecahkan.









Pamit,
Masih sangat jelas di ingatan pagi yang cerah bersama aroma istimewa khasnya menyapa dengan lembut sebagai tanda perpisahan terakhir melepas status siswa yang disandang untuk melanjutkan langkah ketempat yang baru dengan mimpi mengganti status itu menjadi Mahasiswa. Teman-temanpun pagi itu datang untuk memberi salam dan pesan namun tak sempat mengucapkan kata perpisahan. Suatu kebanggaan bisa mengenal kalian sahabat.







Kota Pekanbaru.
Dikenal sebagai kotanya Askar bertuah membuat saya tertarik untuk melanjutkan langkah disini. 2011 tahun pertama saya menjadi mahasiswa Penjaskesrek Universitas Islam Riau. Berbekal modal pengalaman dizaman SMA yang sempat mengikuti POPDA cabang Sepak Takraw dan kecintaan terhadap olahraga menjadi alasan yang kuat untuk mengambil jurusan penjaskes di FKIP Universitas Islam Riau, Pekanbaru. Saya mempunyai visi dan misi saat itu "jika tidak mampu bersaing menjadi atlit disini akan saya bawa ilmu olahraga untuk membenah dan memajukan olahraga  dikampung halaman nanti ". Bukan tanpa alasan kenapa saya mempunyai niat dan tekad seperti itu, dikarnakan kekacauan sistem dan keterbatasan pengetahuan saat itu saya merasakan sakitnya dicurangi oleh panitia pelaksana. Bertanding dengan semangat dan motivasi tinggi Alhamdulillah tim Sepak Takraw Singkep berhasil menembus kebabak semifinal sekaligus membuat nama saya berhasil menjadi salah satu atlit yang mewakili Kabupaten Lingga untuk berlaga diajang tingkat Provinsi Kepulauan Riau dibatam. Rasa haru dan bangga melebur menjadi satu dengan semangat menggebu-gebu ingin segera mengabari kabar gembira ini kepada kedua orang tua dikampung halaman. Berselang sehari kemudian pelatih memanggil saya dan pada hari itu saya harus menerima kenyataan terpahit didalam hidup harus tersisih dengan alasan, " atlit Sepak Takraw dari daerah kita terlalu banyak sehingga kita harus digantikan dengan atlit dari daerah lain". Masih teringat jelas ucapan itu dan raut kecewa pelatih saat mengatakan keputusan yang paling dibenci setiap insan olahraga. Bagaimana mungkin dengan alasan sesederhana itu bisa seenaknya meletakkan dan mencoret atlit. Hanya Allah yang tau diwaktu itu..


Balik kecerita awal, perkuliahan saya mulai dengan semangat terus berlangsung sampai semester 3. Harus menempuh kampus dengan berjalan kaki tanpa lelah dan hasilnya tidak mengecewakan. Sesulit apapun saat itu ada rasa malu jika harus meminta kiriman tambahan kepada orang tua. Berpikir keadaan orang tua dikampung halaman yang juga serba kekurangan. Namun setelah memasuki semester 4, disinilah pertualangan yang melelahkan dimulai. Sebuah motor Shougun SP 125 menjadi saksi perjalan panjang ini. Semakin mudahnya akses dan fasilitas yang dimiliki membuat niat yang kuat sedikit demi sedikit melemah bahkan lupa tujuan kuliah.

Sering tidak masuk membuat ketagihan tanpa disadari 2 tahun berlalu. Itu berarti saya kehilangan 4 semester dengan nilai semakin berantakan dan form nilai yang hilang membuat semangat untuk kuliah kembali menghilang. Titik balik saya dapatkan saat PPL (Praktek mengajar) disalah satu sekolah negeri dikota Pekanbaru. Disana saya merasakan enaknya menjadi seorang guru dan menemukan dunia yang saya cari. Mengajar adalah hobi dan hobi yang dibayar itu sangat menyenangkan. Semester 8 saya lanjutkan dengan mengulang kembali mata kuliah yang belum selesai dan memperbaiki nilai yang kurang memuaskan. Bertemu dengan adek tingkat jelas menimbulkan rasa malu namun semua saya lewati demi sebuah tekad untuk membanggakan orang tua dan membuktikan bahwa putra sulungnya pantas dipercaya. Tidak terhitung berapa banyak biaya, air mata orang tua bahkan fitnah yang saya dapatkan saat berjuang untuk memperbaiki kesalahan yang saya ciptakan sendiri. Saya pantas mendapatkannya dan itu belum seberapa jika dibandingkan resiko dan lelah orang tua mencari uang demi melihat anaknya gagah berdiri memakai toga dengan gelar S.Pd. Saya beruntung memiliki orang tua yang selalu mensuport untuk bangkit mengejar ketertinggalan teman-teman seangkatan yang sudah duluan wisuda dan bekerja. Mulai berpikir untuk mengejar ketertinggalan itu agar bisa bersaing bahkan melangkah jauh kedepan melebihi meraka. kesempatan itu hadir saat ada penataran " Pelatih Shuttle time bulu tangkis BWF " di kampus Universitas Islam Riau dan saya berpikir melalui jalur ini bisa menjadi lebih setidaknya bisa berguna bagi kampung halaman nanti.

Berawal dari situ, beberapa bulan kemudian saya kembali mengambil lisensi pelatih Bola Basket di Kota Pekanbaru. Berharap melalui lisensi yang saya miliki ini bisa menunjang karir saya sebagai guru penjas didunia kerja. Benar saja, tidak menunggu waktu lama saya berhasil menjadi pelatih kepala ekstrakurikuler basket di tempat saya PPL dulu dengan bayaran yang cukup memuaskan setidaknya biaya pendaftaran lisensi pelatih kemarin sudah tertutupi.



    








Nasib membawa saya kesebuah pertualangan baru secara tidak sengaja bertemu teman sekelas dulu di FKIP Penjaskesrek disebuah tempat nasi goreng langganan mahasiswa UIR, nasi goreng sanak biasa kami menyebutnya. Kebetulan malam itu hujan dan saya sedang berteduh disebuah ruko alfamart tepat didepan gerobak nasi goreng sanak ngetam. Sapaan beliau membuat saya berlari melawan rintik hujan untuk bersua karena sudah cukup lama tidak bertemu maklum saja beliau sudah wisuda sekitaran setahun yang lalu. Ditemani hujan rintik beliau menawari pekerjaan untuk menggantikan posisinya sebagai guru olahraga disekolahnya sekarang karena beliau sudah diterima disekolah yang baru. Tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan tawaran beliau toh hitung-hitung bisa menambah penghasilan dan pengalaman.



Kesan pertama menjadi guru SD

Dengan penampilan dan latar belakang yang sedikit kurang jelas saat itu membuat pihak sekolah sedikit ragu untuk menerima. Namun seiring berjalanannya waktu saya mampu membuktikan jika penampilan bukan jaminan untuk sebuah prestasi. Tidak salah sih, jika saya  diposisi kepala sekolah pada saat itu mungkin tidak akan menerima karena melihat sekilas penampilan belum ada basic gurunya. Seiring berjalan waktu saya mulai belajar dan memaksimal potensi-potensi sekolah yang bisa dikembangkan untuk meraih prestasi. Hal pertama yang saya lakukan adalah membuat venue atau lapangan bola voli dengan harapan masyarakat sekitar dan siswa-siswi bisa menyalurkan minat dan bakat berolahraga sore hari. Namun manusia hanya merencanakan tetapi Allah jugalah yang menentukan. Lapangan voli itu dengan cepat ditumbuhi ilalang panjang karena jarang digunakan. Jelas pekerjaan semakin berat dengan kurangnya minat dan bakat berolahraga siswa-siswi di SD ini. Kreativitas tidak hanya bisa diasah lewat Ektrakulikuler olahraga namun bisa juga dengan  kegiatan organisasi disekolah seperti Pramuka, Dokter kecil dan lain-lain juga diharapkan mampu memberi motivasi kepada siswa-siswi disekolah untuk berkreativitas, bertanggung jawab dan disiplin.

Bak seperti gayung bersambut setelah gerakan pramuka disekolah kembali aktif datanglah undangan untuk mengikuti perlombaan tingkat penggalang di desa teratak buluh, kampar, Riau. Saya bersama adek-adek junior dikampus yang mencintai pramuka terus menggodok latihan siswa-siswi dengan pengalaman yang kami miliki dan berharap agar mereka bisa bersaing dengan sekolah lain. Datang kebumi perkemahan tanpa target juara namun kami berhasil membawa pulang 15 piala + 1 piala juara umum 2. Sungguh diluar perkiraan Allah menitipkan amanah yang membuat harapan kembali terlihat disekolah ini. Saya pribadi mulai merasa berguna sebagai manusia setelah bisa melihat senyum bahagia dan tawa mereka. Ini membuktikan bahwa kegagalan masa lalu tidak akan mempengaruhi masa depan. Masa depan kita yang tentukan lewat usaha hari ini dan saya telah membuktikan itu.

Senyuman bahagia SDS 022 Yapsim saat mendapatkan juara umum 2 diperlombaan pramuka tingkat kecamatan, Kampar, Riau.

Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, dengan semangat memakai toga kebanggaan disaksikan oleh kedua orang tua bahwa anaknya kini resmi mendapatkan gelar yang selama ini diperjuangkan, Erga Kurniawan S, S.Pd. ya gelar itu yang membuat saya bangkit dari keterpurukan dan berani berjuang untuk sesuatu yang kita impikan.



Seminggu setelah wisuda tanpa terasa sudah setahun menjadi bagian dari SD Yapsim ini. Dengan sangat berat hati saya harus resign dikarnakan ada tawaran untuk mengajar sekolah menengah kejuruaan negeri dikota batam. Pada hari yang sama saya juga mendapat tawaran pekerjaan untuk mengajar disalah satu sekolah swasta oleh teman sekelas sewaktu sekolah di smansa singkep dulu. Lagi-lagi kita hanya merencanakan namun Allah yang menentukan. Rencana untuk bergabung disalah satu sekolah negeri itu tidak mendapat titik terang. Setelah seminggu dibatam belum juga ada panggilan oleh pihak sekolah tentang kejelasan diterima atau ditolak.Tawaran untuk bergabung disekolah swasta ternyata masih ada dan langsung saja saya menuju kealamat sekolah dengan menggunakan DAMRI dan dilanjutkkan dengan menggunakan gojek. Jauh dan banyak cerita lucu, terkadang jika diingat sering tertawa sendiri bahkan saat menulis inipun saya sedang tertawa bagaimana bisa menahan tawa saat saya dan abang jogek dengan kompak mengitari kota batam mencari lokasi sekolah yang ternyata terletak dipusat kota. Mungkin abang gojeknya sedang lelah dan dengan sangat terpaksa saya juga ikutan lelah harus keliling batam mencari alamat sekolah. Setelah hampir seharian mengembaran akhirnya sampai disekolah tujuan dan langsung interview pengalaman kerja. Akhirnya saya diterima bekerja disekolah tersebut hingga saat ini.

Batam, sekolah kallista menjadi sekolah internasional pertama saya. Suatu kebanggaan seorang mahasiswa yang hampir di D.O bisa diterima sebagai guru disekolah sekeren ini. kok bisa ? pastinya pembaca banyak bertanya. Izinkan saya untuk menjawab,  itu semua berkat doa dan usaha.
Sekolah tidak memandang berapa lama saya kuliah dan berapa jumlah IPK , namun sekolah membutuhkan guru siap kerja dengan pengalaman dan keahlian penunjang lainnya. Beberapa faktor yang menjadi alasannya adalah saya memiliki beberapa lisensi pelatih dan wasit resmi tingkat Provinsi dan kota. Diantaranya, Pelatih dan wasit bulutangkis level 1 BWF, lisensi C pelatih basket, lisensi wasit voli tingkat provinsi, dan lisensi wasit futsal level 3. Dibatam selain mengajar saya juga berprofesi sebagai wasit futsal aktif. Kisah yang panjang ini akan saya tulis dikesempatan berikutnya..


Sekarang saya telah bekerja disalah satu sekolah swasta di Batam Sekolah Kallista sebagai guru P.E (olahraga). Banyak sekali pengalaman baru yang saya dapatkan disini yang belum sempat saya dapatkan ditempat lain. Tentunya saya akan memaksimalkan setiap peluang dan potensi yang bisa dikembangkan untuk kemajuan sekolah ini. Inti dari kisah ini adalah jangan pernah dengarkan semua ocehan dan cibiran orang. Jika kemarin saya mendengarkan perkataan orang-orang yang menjatuhkan saya, pasti saat ini saya tidak akan duduk disini.

Terkadang untuk maju kita harus tuli. Jika banyak orang yang tidak percaya, saya juga masih belum percaya. Tapi satu hal yang harus pembaca yakini dan percaya, Takdir dan rezeki tuhan tidak akan pernah tertukar. Tugas kita hanya berusaha dan berdoa dan selebihnya Tuhan yang tentukan.


Menempuh pendidikan S-1 selama lebih kurang 13 semester hampir tujuh tahun bukan satu alasan untuk kita terpuruk dan tidak mampu bersaing. yang terpenting bukan seberapa lamanya kita menyelesaikan kuliah tapi seberapa besar manfaat ilmu itu untuk orang lain. Saya bersyukur masa itu menjadi warna-warni dikehidupan saat ini. Kenangan masa lalu bukan aib untuk ditutupi namun harus dijadikan pedoman untuk lebih baik dimasa depan. berpikir positif dan terus maju dengan usaha dan doa.




Foto: Erga kurniawan. Liga Nusantara Provinsi Kepri. Batam, 2018

Mohon doanya masyarakat Prayun kundur dan Dabo Singkep Lingga semoga budak pulau ini bisa menembus Liga Futsal Pro indonesia suatu saat nanti.



Komentar

Postingan Populer